Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kritik terhadap diriku

Kritik berfungsi untuk memperbaiki sesuatu, dari hal yang jelek agar menjadi baik. Pada tulisan ini saya hendak mengkritik diri sendiri. Dikarenakan yang perlu diperbaiki terlebih dahulu diri sendiri, jikapun memperbaiki orang lain itu merupakan efek memperbaiki diri sendiri. Minimal agar tidak buruk, jelek dan bodoh. Sesuai dengan resolusi tahun ini minimal dijauhkan dari hal-hal yang kurang unfaedah.

Salah fokus

Fokus terhadap hal-hal yang kurang relevan untuk masa ini. Dan fokus teracak-acak terhadap hal yang seharusnya tidak dikerjakan. Terlalu banyak opsi untuk melakukan sesuatu. Melakukan hal ini karena sedang ramai di internet, setelah sepi lalu ditinggal hal itu. Seharusnya satu hal tersebut di kuasai terlebih dahulu atau jadi profesional di bidang itu. Tetapi saat ini jika hal A sedang rame maka pindah ke hal A, terus B muncul pindah ke B. Begitupun seterusnya. Saya pernah mendengar dalam suatu kajian tentang Ibnu Khaldun. Beliau percaya bahwa seseorang itu harus menjadi spesialis dibidangnya. Jika pun menguasai banyak bidang, maka salah satu diantaranya menjadi yang terbaik.

Menunda / Menyiakan Waktu

Menjadi hal yang tidak asing, menunda-nunda dan menyiakan-akan waktu. Padahal waktu merupakan sesuatu yang fatal. Hal ini terasa sangat terasa aneh, saya ngerti bahwa waktu itu sangat berharga. Jika pun punya harta segunung untuk membeli waktu yang sudah telewat. Salah satu penyebabnya mungkin, belum mengenal dengan waktu dengan baik. Baik mengenal secara teks maupun konteks. 

Ini juga terjadi dengan salah satu pengalam saya, saya pernah ketakutan atau skeptis (pengertian masa kini) terhadap Imam Al-Ghazali. Kenapa? Karena beliau membuat sebuah kitab Tahafut Al-Falasifah (Kerancuan Para Filusuf). Dalam hati ini "kok ada yang ngeharamin filsafat? (pas waktu awalan banget belajar filsafat)". Tetapi semakin kini, mencoba untuk terbuka dengan pengetahuan. Oh ternyata maksud Imam Al-Ghazali buat kitab Tahafut Al-Falasifah (Kerancuan Para Filusuf) kayak gini. Ternyata ada maksud dan tujuannya, jadi nggak semena-mena dalam membuat kitabnya (pada saat itu belum baca kitabnya, sekarang juga si). Dari yang awalnya benci menjadi kagum terhadap beliau. Sehingga saya tahu kenapa beliau diberi gelar Hujjatul Al-Islam. 

Mungkin, jika sudah mengenal dengan waktu, hal menunda-nunda dan menyia-nyiakan waktu setidaknya akan mulai berkurang.

Cukup Bosan

Hal ini terkait dengan konsistensi dalam mengerjakan suatu hal, ini berkaitan dengan salah fokus. Ketika sudah menemukan "ah... saya mah fix mau ngerjain ini sampai anu...", lalu beberapa hari kemudian dah bosen, atau gak males ngerjainnya. Dalam buku Atomic Habit, "Orang yang sukses itu orang yang bisa menghadapi kebosanannya". Ini mungkin, yang menjadi penyebab belum sukses di suatu bidang, karena belum bisa menghadapi kebosanan.

Terlalu Banyak Ngehayal / Halu

Sebenarnya ngekhayal / halu boleh boleh aja dalam kondisi tertentu. Kalau setiap hari halu kapan eksekusinya? Mengkhayal lebih mudah untuk melakukannya daripada melakukan kegiatan di dunia nyata. Di dunia nyata dibutuhkan usaha, pemikiran, tenaga dan sebagainya, agar tujuan yang diinginkan bisa dicapai. Seperti sebuah kiasan "Harus menangis darah terlebih dahulu" jadi tidak mudah untuk mencapainya. Tapi ingat, itu tidak mudah bukanlah hal yang tidak bisa dicapai.

Mengontrol Diri

Sebagaimana dalam kitab Kimiya As-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan) karya Imam Al-Ghazali, pada bab pertama kita diwajibkan untuk mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Sebagaimana pada bagian Menunda / Menyiakan Waktu ini bentuk dari belum mengenalnya terhadap diri sendiri. Sehingga untuk mencoba mengontrol merupakan hal yang susah. Sama seperti orang yang naik mobil pertama kali untuk menjadi supir, dia tidak akan bisa mengontrolnya sebelum tahu bagian-bagian dari apa yang ada didalam mobil untuk dikemudikannya.

Komunikasi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, menurut pendapat Aritoteles filsuf pada zaman Yunani Kuno. Masalah berkomunikasi dan bersosial menjadi salah satu masalah. Ketika harus dihapkan dengan situasi dipaksa untuk berkomunikasi dan bersosial akan menjadi kikuk.

Dalam salah satu pengalaman, dikala waktu itu. Terpilih untuk menjadi "Quro" untuk kegiatan bulanan. Seketika tekanan jantung berdegup dengan kencang. Pada waktu hari acara berlangsung, demam panggung tak bisa terbendung kembali. Satu ruangan menertawan karena kikukdan gugup. Mungkin, pada malam itu orang akan mengenal seperti itu.

Mungkin, ini menjadi suatu trauma jika harus dihadapkan dengan situasi banyak orang.

Konsistensi

Ini hal salah satu sangat sulit dilakukan, sebagaimana dengan perkataan Rabiah Al-Adawiyah tentang konsitensi. Dalam islam konsistensi sama dengan istiqamah. Kata beliau karamah yang paling tinggi itu bukan bisa shalat diatas sungai maupun diatas udara, tetapi karamah paling tinggi adalah Istiqamah. Konsisten merupakan salah satu jalan untuk mencapai keberhasilan.    


Posting Komentar untuk "Kritik terhadap diriku"